Kisah Di senja Hari Bersama Mentari |
Aku masih ingat beberapa tahun yang lalu hampir setiap rumah pasti memiliki kebun yang ditumbuhi pepohonan rimbun, sehingga sangat menyejukkan disaat panas menyengat mentari membakar kulit. Kita biasa berteduh dibawah pohon bahkan bisa sambil tiduran. Tapi kini semua itu hampir tak ada lagi berubah menjadi bangunan-bangunan baru yang semakin rapat. Ya, generasiku dulu kini sudah beranjak dewasa dan yang memiliki kemampuan telah mendirikan rumah di kebun-kebun peninggalan orang tua mereka.
Terlebih lagi lokasi dusunku bertepian dengan sebuah jalan raya yang padat, jalan propinsi yang menghubungkan antara Kota Yogyakarta dan Jawa Tengah Magelang Semarang. Jalan Magelang itu sebutannya. Sebuah jalan yang tak pernah sepi dari pengendara kendaraan yang selalu saja lalu-lalang tidak pagi, siang, sore, malam, bahkan hingga dini hari selalu saja ramai tak pernah sepi. Bagi sebagian saudaraku yang kebetulan menginap di rumahku biasanya tidak bisa tidur dengan nyenyak karena kebisingan dan gemuruh lalu-lalang kendaraan baik roda dua ataupun roda empat.
Aku masih menghirup udara sore hari ini dengan nyaman sambil ditemani secangkir kopi susu buatan sendiri. Ya jaman sekarang untuk segelas kopi susu tinggal beli satu bungkus langsung di campur air panas maka sudah jadilah kopi susu panas yang nikmat. Peduli amat dengan berbagai istilah bahan pengawet yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita untuk jangka panjang. Serba instan itulah jaman sekarang. Sebenarnya yang aku tahu bukan hanya dalam hal kopi susu saja orang jaman sekarang suka yang serba instan, bahkan dalam hal-hal hajat hidup yang lain sudah bukan rahasia lagi jika budaya instan alias pingin yang mudah,gampang,singkat...asal memenuhi unsur "WANI PIROO..." berkembang di masyarakat kita yang memang akar budayanya adalah baik dan mau yang baik-baik....haha...
Aku berdiri ingin menikmati sisa sinar mentari yang mulai tertutup dinding rumahku yang nggak bertingkat. Rasanya nggak rela begitu cepat suasana indah sore ini berlalu begitu saja. Ah...tapi apa daya jika semua memang sudah seharusnya begitu. Sekarang yang bisa kulakukan adalah menikmati saja apa yang bisa dinikmati, dan nggak usah terlalu pusing memikirkan hal yang seharusnya bukan menjadi tugas kita untuk memikirkannya...sok cuek gitulah.
Selamat tinggal siang hari dan selamat datang malam hari, yang sesaat aku sempat menikmati indahnya suasana mentari sore hari. Indah sekali.
Baca juga :
Comments
Post a Comment