Batu akik yang sempat menggila beritanya akhir-akhir ini membuat benda kecil yang nyempil di jemari itu semakin banyak dicari diburu dibeli, termasuk aku? NGGAK LAH!
Batu akik menurutku hanya bagus bila masih dalam bentuk aslinya dan cuma mendapat sedikit polesan hanya untuk menampakkan/mengeluarkan warnanya yang beraneka warna. Kalau sudah dibelah dipotong kecil-kecil sebesar batu akik di pasang di emban lalu disematkan di jari tangan menurutku sudah tidak begitu menarik lagi.
Kenapa? Karena masing-masing akan mendominasi keberadaannya dalam pandangan orang lain yang akan melihat kita. Begini maksudnya, saat kita tidak memakai batu akik, maka saat orang menyukai kita benar-benar 100% tidak terkontaminasi oleh apa yang melekat pada diri kita, misal baju, sepatu, celana, topi, batu akik, dan asesoris lainnya. Berbeda jika kita memakai batu akik bagus, lalu tiba-tiba orang mendekati kita mengatakan "wah kamu terlihat keren dengan memakai batu akik itu, boleh tau itu batu akik apa dan berapa harganya kalau dijual?"
Haha...kita dibilang keren gara-gara pakai batu akik, dimana harga diri kita? Jatuh gara-gara batu akik sialan ini...
So, biarkan batu akik itu indah pada tempatnya tanpa mengurangi kegagahan atau nilai keberadaan kita ya? Lalu di taruh dimana dong batu akiknya? Taruh aja di ujung meja dan kita di ujung satunya, lalu biarkan orang lain menilai dan memilih tertarik dengan kegantengan kita atau dengan batu akik kita.
Bukankah batu akik itu memiliki warna yang berpengaruh terhadap orang yang memakainya? Atau bisa dibilang juga batu akik itu merupakan simbol kepribadian si pemilik dan pemakainya? Kata siapa?
Lalu apa yang kita katakan pada si pembuat batu akik, si penjual batu akik yang memiliki banyak corak dan warna batu akik? Apakah mereka memiliki kepribadian ganda yang bermacam-macam? Nah lo!
Comments
Post a Comment